Monday, June 3, 2013

[Review] Harry Potter and The Order of the Phoenix




Judul: Harry Potter dan Orde Phoenix
Judul asli: Harry Potter and the Order of the Phoenix
Penulis: J.K. Rowling
Alih Bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 1200 hlm
Cetakan: Januari 2004

Selama liburan di Privet Drive, Harry selalu berusaha mencari berita tentang Voldemort. Kembalinya Voldemort di tahun ajaran lalu memenuhi pikiran Harry. Sayangnya, ia tak mendapat kabar apa-apa selama liburan. Tidak dari Hermione, Ron, Dumbledore, Sirius, maupun orang-orang lainnya yang ia kenal. Ketidaktahuannya terhadap perkembangan dunia sihir dan Voldemort membuat Harry sangat kesal. Masalah bertambah ketika dua dementor tiba-tiba menyerang ia dan Dudley di Little Whinging. Untuk menyelamatkan diri, Harry terpaksa mengeluarkan mantra patronus. 

Usahanya untuk menyelamatkan diri ini justru mendatangkan masalah baru bagi Harry. Ia mendapat peringatan pelanggaran besar Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penyihir di Bawah-Umur. Oleh karenanya, ia harus menghadiri sidang untuk menentukan apakah Harry dikeluarkan dari Hogwarts ataukah tidak.

Setelah begitu lama kehilangan kontak dengan dunia sihir, akhirnya Harry bisa berkumpul kembali bersama teman-temannya. Namun, tahun ini ia tak langsung kembali ke Hogwarts. Mereka semua berkumpul di Grimmauld Place No 12, rumah Sirius, yang digunakan sebagai Markas Besar Orde. Ternyata kembalinya Voldemort tidak banyak dipercaya masyarakat sihir. Bahkan, kementrian pun mati-matian mempertahankan keyakinan bahwa Voldemort tidak kembali. Karena situasi ini, Dumbledore merasa perlu mengumpulkan anggota Orde untuk memperingatkan masyarakat sihir tentang kembalinya Voldemort. 

Setelah dinyatakan tidak bersalah dalam sidang, Harry kembali ke Hogwarts. Namun, hari-harinya di Hogwarts sangat berbeda dari biasanya. Ia dijauhi sebagian besar murid Hogwarts karena Daily Prophet telah menulis berita miring tentangnya. Hagrid tak nampak sejak hari pertama. Dumbledore terkesan menghindarinya. Hermione berkali-kali mengingatkannya tentang ujian OWL. Harry dan teman-temannya memiliki guru baru dalam pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam: Profesor Umbridge. Sayangnya, guru baru ini hanya mengajarkan teori tanpa sekalipun memperbolehkan murid-murid mempraktikannya. Suasana hati Harry semakin buruk ketika ia dinyatakan dikeluarkan dari tim Quidditch. 

Dari semua yang dialami Harry, ternyata mimpi buruk Harry merupakan yang paling gawat menurut Dumbledore. Ia diharuskan belajar Occlumency agar tidak mengalami mimpi buruk tentang Voldemort. Namun, puncak kemarahan Harry terjadi ketika ia harus kehilangan seseorang yang benar-benar dicintainya…

Seri Harry Potter yang kelima ini merupakan yang paling tebal di antara judul lain. Butuh kemauan besar untuk membacanya ulang. Ternyata, kesan yang saya dapat kurang lebih sama seperti ketika saya membacanya pertama kali dulu. Saya merasa agak bosan pada bab-bab awal. Harry kerjaannya marah-marah melulu. Kehidupan di Hogwarts juga baru dimulai setelah beberapa bab.

Meski begitu, tetap saja seri kelima ini menarik untuk diikuti. Apalagi kita akan bertemu tokoh baru yang unik: Luna Lovegood. Teman seangkatan Ginny yang ternyata memiliki beberapa kesamaan dengan Harry. Karakter para tokoh pun semakin berkembang. Harry yang (sayangnya) sering sekali marah di seri ini. Hermione dan Ron diangkat menjadi Prefek. Hagrid membawa kejutan di tengah cerita. Sebagai puncaknya, Fred dan George yang telah memilih jalan mereka sendiri.

Jadi, tidak bisa dipungkiri dari segi cerita judul ini yang paling kelam dan melelahkan. Padahal, dari segi covernya saya sangat suka. Terasa sekali aura misterinya. Walaupun sempat merasa bosan pada awalnya, banyak kejadian-kejadian penting dalam seri kelima ini sehingga tentu saja kita harus membacanya untuk mendapatkan cerita yang lengkap. Selesai sudah perjalanan Harry di tahun kelima. Mari lanjutkan ke seri berikutnya!!

Posting untuk:


No comments:

Post a Comment